Kurang Paham Kemana Tujuannya.. | Review Film "Pengepungan di Bukit Duri"
Hallo semua.. selamat datang kembali di blog Gateniaz, dalam tema review film. Kali ini aku mau membahas film terbaru dari Sutradara Joko Anwar. Jujur aku suka banget dengan film - film bang Joko dan aku salah satu fans nya dia. Nah kali ini bang Joko bikin film terbaru di tahun 2025 yang berjudul "Pengepungan di Bukit Duri", so bagi kalian yang penasaran silahkan baca sampai habis.
Disclamer, review ini berdasarkan sudut pandang pribadi saya, jika kalian tidak sependapat ya wajar, karena ini bukan sudut pandang objectif melainkan subjectif. Ada kemungkinan yang saya sampaikan akan megandung SPOILER, jadi bagi kamu yang belum nonton film ini dan gak mau kena spoiler silahkan close artikel ini.
Oke.. langsung saja ku mulai reviewnya..
Awal rilisnya nih trailer, membuatku berekspetasi tinggi terhadap film ini, apalagi bang Joko Anwar yang menyutradarai. Tapi sayangnya, ekspetasi ku terlalu tinggi hingga membuatku agak kecewa saat menonton pertengahan film ini.
Dari segi visual aku udah gak kaget lagi sih, Bang Joko Anwar emang keren banget soal masalah ini, dari segi cinematography, pengambilan gambar, editing, color grading dan Akting para pemerannya dah bagus banget seperti karya - karyanya yang lain, walaupun ada beberapa pemeran yang akting nya masih kurang, terutama si Edwin pas SMA dan dua orang securitynya itu, tapi it's okay.
Saat aku menonton film ini dari awal kelihatan menjanjikan banget. kerusuhan yang diangkat dari sejarah tahun Mei 1998 dibuat seolah dalam konsep alternatif universe terjadi di masa depan. Rasisme terhadap Chindo, penjarahan dimana - mana, bahkan kakak nya Edwin yang masih SMA yang di aniaya dan diperkosa oleh sekelompok perusuh itu shot - shot pengambilan gambarnya enak banget dilihat, bahkan saat ditengah kerumunan para perusuh itu nyaman banget dilihat walau kondisinya se chaos itu.
Oke, kita masuk ke cerita, intinya 17 tahun berlalu dan si Edwin yang udah dewasa dan berprofesi sebagai guru, datang mengajar ke sekolah SMA Bukit Duri yang dimana ini tempat anak - anak buangan yang isinya kebanyakan bisa kubilang gila dan mirip psikopat yah. Nah tujuan si Edwin itu nyari keponakannya, yaitu anak dari kakaknya Edwin yang diperkosa waktu itu. Yah sampailah si Edwin ketemu Anak berandalan paling gila dan sadis di sekolah yang bernama Jefri, yang berulang kali bentrok dengan Edwin antara hubungan guru dan murid.
Yah.. awalnya sih kupikir si Edwin ini bakal menjadi guru yang berhasil membawa masa depan untuk murid - muridnya yang buangan, seperti film - film tema guru pada umumnya kaya Big Brother, Thug Teacher, atau mungkin kaya anime Ansatsu Kyohitsu gitu yang berakhir happy ending untuk murid - muridnya. Jadi bayangan awalku sih, si Edwin ini berhasil menyadarkan si Jefri dan Geng nya, soalnya kulihat di awal si Edwin ini sifat dan kemampuan nya ya bisa dibilang bagus atau sebanding dengan para berandalan tersebut. Dan aku juga berpikir mungkin maksud judulnya tuh si Edwin dan murid - muridnya terkepung di tengah - tengah kerusuhan di wilayah bukit duri dan berusaha survival bareng - bareng hingga terjadi hubungang guru dan murid yang wow lah.
Tapi sayangnya semua ekspetasiku dijatuhkan dengan keras di pertengahan cerita. Yang aku pikir si Edwin akan dikepung ratusan hingga ribuan orang, nyatanya cuman dikepung sekitar kurang dari 10 anak berandalan SMA yang merupakan geng nya Jefri. Yap.. inilah dimana awal cerita yang bagus tiba - tiba berubah total di pertengahan mendekati akhir.
Sifat Edwin yang kupikir cerdas dan hebat di awal, nyatanya malah agak bikin kesel di pertengahan. Waktu kekunci di gudang itu anjir dibuat lama banget seolah setengah durasi film, dan ngeselin plus membosankan. Ini si penulis ceritanya pengen menguras adrenalin penonton mungkin atau ingin menguji kesabaran. Dan lagi adegan si bapak nya yang dibakar, lalu temennya yang dibunuh itu kok gak realistis banget, terus pas si Edwin nemuin jalan keluar lewat ventilasi itu kaya lah, napa gak dari tadi bambang.
Lalu cerita karakter - karakterya disini, itu kaya kurang diceritakan banget gituloh. Aku sih sudah menduga tuh si Jefri dan Geng nya itu sebenarnya juga korban dari sebuah lingkungan yang terjadi saat itu, setidaknya mereka bisa diceritakan masa lalu mereka seperti apa, kenapa mereka bisa menjadi sebringas itu, terutama si Jefri. Salah satu karakter yang paling aku tunggu pengembanganya ya si Jefri ini, melihat se kacau apa kondisinya waktu di sekolah itu kalo diceritakan lebih detail kayanya keren dah, Tapi dia cuman mendapatkan sebuah plot twist singkat di akhir dengan kondisi seolah kebetulan banget dan terlalu instant. Bahkan scene terakhir yang si Edwin berhasil keluar dari sekolah dan dibarengi dengan kerusuhan, itu kok banyak banget yang mengganjal.
Mulai dari sinyal yang tiba - tiba bisa, padahal sudah matikan sejak lama oleh si Edwin, lalu plot twist nya si Jefri ternyata keponakannya si Edwin, sampai muncul orang yang nyelamatin Edwin saat dikejar oleh para perusuh yang ternyata adalah temennya Edwin pas SMA.
Dan untuk akhir dari karakter Jefri yang tragis banget, yang bikin aku agak kecewa, dimana alih - alih kupikir si Jefri bakal tobat dan pulang bareng Edwin hingga happy ending, malah di buat Bad Ending dengan plot twist paling menyedihkan. Dan di Ending sempat Bang Joko memasukan sebuah easter egg di sebuah channel radio yang bertuliskan channel 98:05 yang menuju pada konflik Mei 1998 di Indonesia.
Oke itu saja review yang bisa kusampaikan dalam bentuk tulisan ini. Final Score kuberi rating 7,5 dari 10. Sayangnya aku gak bisa ngasih 8 keatas karena memang menurutku ini film kurang jelas mau dibawa kemana tujuan utamanya.
Terimakasih sudah membaca...
Komentar
Posting Komentar