Monster
Aku terbangun di sebuah ruangan gelap dan dingin. Aku tidak tahu di mana aku berada, atau siapa aku. Aku hanya ingat bahwa aku adalah seorang ilmuwan yang bekerja di sebuah laboratorium rahasia yang melakukan penelitian tentang virus mematikan. Aku ingat bahwa aku sedang menguji sebuah sampel virus baru, ketika tiba-tiba ada ledakan besar dan semuanya menjadi gelap.
Sekarang, aku terbaring di sebuah meja operasi, dengan banyak kabel dan jarum menempel di tubuhku. Aku melihat sekeliling, dan aku melihat banyak mayat berserakan di lantai. Mereka adalah rekan-rekanku, yang mungkin tewas akibat ledakan atau virus. Aku merasa ngeri dan sedih, tapi aku tidak bisa bergerak atau berteriak. Aku hanya bisa menatap langit-langit yang penuh dengan darah dan asap.
Tiba-tiba, aku mendengar suara pintu terbuka. Aku menoleh, dan aku melihat sosok yang mengenakan jas hazmat putih masuk ke ruangan. Dia membawa sebuah senjata dan sebuah tas. Dia berjalan mendekatiku, dan aku melihat wajahnya. Dia adalah bosku, Dr. Rizal, yang juga adalah pemimpin proyek penelitian virus. Aku merasa lega, dan berharap dia akan menyelamatkanku.
Namun, harapanku sirna ketika aku melihat ekspresi dingin dan sinis di wajahnya. Dia menatapku dengan tatapan penuh kebencian, dan berkata dengan suara datar, "Akhirnya, kau bangun juga. Aku pikir kau sudah mati, seperti yang lainnya. Tapi ternyata kau masih hidup, meski hanya sebagian."
Aku bingung dengan kata-katanya, dan bertanya dengan suara lemah, "Apa maksudmu, sebagian? Apa yang terjadi padaku?"
Dia tersenyum kejam, dan menjawab, "Kau tidak tahu? Kau adalah bagian dari eksperimenku. Kau adalah subjek uji coba pertama dari virus yang kubuat. Virus yang bisa mengubah manusia menjadi mesin pembunuh yang tak kenal ampun. Virus yang bisa menghapus semua emosi, ingatan, dan moral dari otak manusia. Virus yang bisa membuat manusia menjadi senjata biologis yang sempurna."
Aku terkejut dan tak percaya dengan apa yang kudengar. Aku tidak bisa menerima, sampai kulihat tubuhku telah menjadi bentuk yang mengerikan. Aku menjerit dengan suara putus asa, "Tidak, itu tidak mungkin! Kau berbohong! Kau gila! Kau harus berhenti! Kau harus menghentikan ini semua!"
Dia tertawa terbahak-bahak, dan berkata, "Terlambat, temanku. Sudah terlambat untuk berhenti. Aku sudah berhasil menciptakan virus yang bisa menghancurkan dunia. Aku sudah berhasil menciptakan senjata yang bisa mengalahkan semua musuhku. Aku sudah berhasil menciptakan karya agung yang bisa mengubah sejarah. Dan kau adalah bagian dari karyaku. Kau adalah prototipe dari mesin pembunuhku. Kau adalah hasil dari mimpi burukku."
Dia mengeluarkan senjatanya, dan menodongkannya ke kepalaku. Dia berkata, "Sekarang, saatnya untuk mengakhiri ini. Saatnya untuk menghapus identitas asli dirimu. Saatnya untuk memulai rencana baruku. Rencana untuk menguasai dunia."
Aku merasa ketakutan dan sedih. Aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk melawan. Aku hanya bisa menangis dan berdoa. Aku berharap bahwa ini semua adalah mimpi buruk, dan aku akan segera terbangun. Aku berharap bahwa aku masih bisa kembali ke hidupku yang normal, dan melupakan semua ini. Aku berharap bahwa aku masih bisa melihat keluarga, anak - anak, dan istriku. Aku berharap bahwa aku masih bisa menjadi manusia.
Tapi aku mulai sadar, bahwa ini bukanlah mimpi. Aku sadar bahwa ini adalah akhir dari hidupku saat aku mulai merasakan sebutir peluru menembus kepalaku dan semua menjadi gelap. Aku mendengar suara raungan dan teriakan orang - orang, aku mendengar suara ledakan, tembakan, tangisan dan ketakutan.
Namun tiba - tiba aku terbangun dan melihat sekelilingku. ternyata aku berada di kamarku. aku melihat tubuhku masih normal. dan kini aku merasa lega setelah sadar bahwa peristiwa tadi hanya mimpi buruk. Aku mencium bau masakan lezat istriku. Sepertinya istriku sedang memasak. Aku langsung bangun dari tempat tidur dengan kondisi badanku yang terasa pegal dan sakit. "mungkin ini efek ketakutan saat mimpi buruk tadi", Pikirku.
Aku berjalan kearah pintu dengan perasaan senang. Aku membuka pintu kamar dan menuju dapur dan melihat istriku memasak. Aku menjadi lega, ternyata itu hanya mimpi buruk.
"Sayang, kamu sudah bangun?" Istriku memanggilku sambil menatapku dengan senyum."kamu kelihatan pucat, apa kamu sakit?"
"Tidak, aku hanya baru saja mengalami mimpi buruk."
"Kalau begitu, ayo makan dulu. Aku sudah membuatkan sup daging kesukaanmu". Sambil meletakan sup di atas meja.
Kami pun duduk bersama di meja makan. Aku menyantap sup didepanku dengan lahap karena rasanya sangat enak, istriku hanya tersenyum melihatku makan hingga aku keheranan namun aku tetap makan sampai aku merasa ada yang kurang dan bertanya pada istriku. "Sayang, dimana anak - anak? apa mereka belum bangun?"
Istriku hanya tersenyum sambil berkata. "Anak - anak sudah didepanmu dari tadi"

Komentar
Posting Komentar